Alkisah ada sebuah rumah kecil di pinggir hutan rimba hiduplah seorang perempuan bernama Mbok Dhadap yang berusia paruh baya yang hidup sebatangkara tanpa teman dan saudara. Mbok Dhadap sangat mendambakan kehadiran seorang anak untuk menemaninya. Setiap hari ia berdoa agar mendapatkan seorang anak untuk menemaninya.
Suatu
hari ketika sedang mencari kayu di hutan, Mbok Dhadap bertemu dengan
Raksasa penguasa hutan rimba tersebut yang gemar memakan manusia. Mbok
Dhadap gemetar menahan takut, karena tak kuasa menahan rasa takut, Mbok
Dhadap tidak sadar bahwa kain jaritnya basah karena kencing.
Raksasa itu tertawa lebar, suaranya bergemuruh memenuhi angkasa dan memekakkan gendang telinga.
“Hua..ha…ha…
GGGrrrrrrrhhhhhh…..!!!!!, Hai Perempuan Tua !!! kau jangan takut
padaku… mendekatlah aku ingin menitipkan sesuatu untukmu….”
Mbok Dhadap tertunduk, masih menahan rasa takut yang tak terkira.
“Raksasa… kau jangan memakan aku, aku sudah tua….”
Lagi-lagi Raksasa itu tertawa…
“Hua..ha….ha…
aku tidak doyan daging perempuan tua sepertimu, selain tidak enak
rasanya, aku yakin pasti banyak kumannya….hi…. ngeri…. Hua..ha…ha….”
Mbok Dhadap mulai tenang, karena mengetahui Raksasa itu tidak akan memakannya.
“Kau
benar sekali wahai Raksasa…, aku memang jarang mandi, sehingga pasti
banyak kumannya, kau akan sakit bila memakan aku… apa yang hendak kau
titipkan kepadaku Wahai Raksasa ?”
Sang Raksasa kembali tertawa..
“Hua..ha…
ha… Mbok Dhadap kau lucu sekali ternyata… aku mau menitipkan seorang
bayi manusia kepadamu, tapi dengan syarat bahwa 15 tahun lagi anak ini
akan kuambil untuk kujadikan mangsa… apakah kau sanggup memenuhi syarat
itu???
Mbok
Dhadap hanya terdiam, hatinya sebenarnya gembira mendapat tawaran itu,
akan tetapi bagaimana kalau Raksasa itu mengambil anak itu kelak???
Raksasa itu menggeram….
“GGGrrrrrrhhhhhh….. Bagaimana Mbok Dhadap??!! Kalau kau tidak sanggup, anak ini akan ku buang!!!!”
Mendengar itu seketika Mbok Dhadap kaget…
“i..iii..yaaa!!!! aku sanggup memenuhi persayaratan itu, sekarang serahkan bayi itu kepadaku…”.
Akhirnya
Raksasa itu menyerahkan seorang bayi perempuan yang mungil dan cantik,
kulitnya bersih, Mbok Dhadap terpukau melihat bayi perempuan itu.
“HHHHmmmmmmhhh… cantiknya bayi ini….”
“GGgrrrrrhhhh…
Ingatlah Mbok Dhadap, 15 tahun lagi aku akan datang untuk mengambil
anak ini… ingatlah itu Mbok Dhadap… HHHHhmmmhhhh…. Hua..ha..ha…”
kemudian Raksasa itu pergi meninggalkan Mbok Dhadap dan bayi itu.
***
Mbok
Dhadap memberi nama bayi perempuan itu Timun Mas, karena kulitnya yang
bersih dan berkilau laksana emas. Mbok Dhadap sangat menyayangi Timun
Mas, Dia merawatnya dengan penuh kasih dan cinta. Mbok Dhadap tidak
merasa sepi lagi, ada Timun Mas yang menemaninya sekarang. Meskipun
bukan anak kandungnya sendiri, Mbok Dhadap telah menganggap Timun Mas
sebagai anaknya. Timun Mas memanggil Mbok Dhadap dengan sebutan Biyung
yang berarti Ibu.
Waktu
terus berjalan tanpa henti, tanpa terasa 15 tahun sudah berlalu. Timun
Mas tumbuh menjadi sosok gadis yang anggun dan rupawan, parasnya cantik,
rambutnya yang lebat terurai panjang sehingga semakin memancarkan aura
kecantikannya. Menjelang waktu yang telah dijanjikan Mbok Dhadap merasa
sedih dan bingung lalu memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar
menyelamatkan Timun Mas. Hingga suatu ketika doanya dijawab lewat mimpi.
Dalam mimpinya, Mbok Dhadap diminta memberikan tiga jenis barang untuk
dibawa Timun Mas ketika dikejar Raksasa jahat itu yaitu biji mentimun,
jarum dan sepotong terasi. Mbok Dhadap segera menyiapkan ketiga barang
tersebut untuk diberikan kepada Timun Mas.
Akhirnya dengan rasa sedih yang amat sangat, Mbok Dhadap menceritakan permasalahan itu kepada Timun Mas.
“Anakku,
Timun Mas… Biyung tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkanmu, 15
tahun yang lalu Raksasa itu menitipkanmu kepadaku, sekarang waktu itu
telah tiba… Raksasa itu akan datang membawamu… Timun Mas jaga dirimu
Nak…” Ujar Mbok Dhadap sambil terisak menangis.
Timun
Mas merasa bersedih karena harus meninggalkan biyungnya sendiri, ia tak
sampai hati meninggalkan orang yang telah merawatnya dari kecil hingga
dewasa tersebut.
“Biyung…
aku mau di sini saja menemani Biyung, merawat Biyung, aku tidak takut
kepada Raksasa itu Biyung…” Timun Mas terisak meneteskan air mata,
kemudian keduanya berpelukan erat.
Mbok Dhadap hanya menghela nafas panjang, ada kegalauan yang sangat di dalam hati Mbok Dhadap.
“Timun
Mas anakku, jangan kau khawatirkan Biyung, Raksasa itu tidak akan
memangsa biyung, karena Dia hanya menginginkanmu, sudah………..” Belum
sampai kalimat Mbok Dhadap selesai tiba-tiba terdengar suara keras dari
luar rumah….
“GGGGggggrrhhh!!!!!!
Mbok Dhadap!!!! Keluarlah!!!! Aku datang menagih janji kepadamu!!!,
serahkan anak itu kepadaku untuk kumangsa!!!! Mbok Dhadap!!!
Keluarlah!!!”
“Timun
Mas anakku, cepatlah kau pergi Nak!!!… tidak ada waktu lagi, segera
pergilah lewat pintu belakang… ingatlah baik-baik pesan Biyung… pertama
kali sebarkan biji mentimun ini mana kala Raksasa itu mendekat, lalu
jika Ia mendekat lagi lemparkan jarum ini kepada Raksasa itu dan jika ia
masih mendekat lagi lemparkan terasi ini anakku, cepatlah kau pergi
anakku, selamatkanlah dirimu, percayalah… Biyung akan baik-baik saja”.
Dengan
penuh rasa haru dan sedih Timun Mas segera berlari keluar dan
meninggalkan rumah Mbok Dhadap untuk menyelamatkan dirinya. Sedangkan
Mbok Dhadap keluar menemui Raksasa jahat yang lapar itu.
“Ada
apa Raksasa??, bukankah masih lama waktu 15 tahun itu???” Mbok Dhadap
mencoba mengulur waktu agar Timun Mas dapat selamat dari ancaman Raksasa
itu.
“Ggggrrgggghhhh!!!!,
aku tidak mungkin salah… hari ini adalah genap 15 tahun semenjak aku
menyerahkan bayi itu kepadamu, sekarang serahkan bayi itu kepadaku!!!!”
“Dia tidak ada di sini Raksasa, percayalah, dia sudah mati beberapa tahun lalu…” Mbok Dhadap mencoba membohongi Raksasa itu.
“Tidak
Mungkin, aku masih bisa mencium bahwa bayi itu masih hidup, sekarang
serahkan kepadaku atau aku akan memaksamu !!!” dan saat itu, Raksasa
melihat ada seorang gadis yang berlari kencang meninggalkan rumah itu.
“GGGGrrrrrrrrrGggghhhhh!!!
Jangan kira kau bisa membohongiku Mbok Dhadap, itu dia bayi itu!!!,
wahh anak itu pasti lezat sekali…. aku akan mengejarnya !!!” Raksasa itu
segera berlari mengejar Timun Mas tanpa menghiraukan Mbok Dhadap yang
menjerit histeris memohon agar Raksasa itu tidak mengejar Timun Mas.
***
Timun
Mas berlari sekencang-kencangnya meninggalkan rumah Mbok Dhadap, namun
sekencang-kencangnya Timun Mas berlari, kecepatannya tidak sebanding
dengan kecepatan lari Raksasa itu dengan terengah-engah Timun Mas
meilhat bahwa Raksasa itu kian mendekat.
“Celaka, Raksasa itu cepat sekali larinya… bagaimana ini???” Timun Mas bingung dan takut dan pasrah.
Raksasa
itu semakin dekat, semakin dekat dan sekarang hanya berjarak puluhan
meter dari Timun Mas yang masih mencoba berlari itu. Di tengah
kebingungan dan rasa takutnya, Timun Mas ingat pesan Biyungnya untuk
menyebarkan biji timun pertama kali manakala Raksasa itu mendekat.Tanpa
menunggu lebih lama lagi, segera saja Timun Mas menyebarkan biji
mentimun itu ke hadapan Raksasa itu. Ajaib, seketika itu juga, biji
timun yang disebar oleh Timun Mas itu berubah menjadi hutan mentimun
yang dengan buah yang ranum dan segar sehingga membuat Raksasa itu
terpana melihat keranuman buah mentimun yang membentang dihadapannya.
“Wah….
ranum benar mentimun ini, kebetulan aku sedang haus dan lapar… “
Raksasa seperti terhipnotis sehingga memutuskan untuk menikmati buah
mentimun itu tanpa mengingat lagi bahwa Ia sedang mengejar Timun Mas.
“Kres!!..Kres!!!… Nyam, Nyam…. Wah !!! Segar sekali mentimun ini !!!, huahhhhh!!! Nikmat sekali…”.
Melihat
keajaiban itu, Timun Mas tidak menyia-nyiakan kesempatan, Ia terus
berlari kencang meninggalkan Raksasa yang kelaparan itu.
Waktu
terus berlalu, Raksasa itu rupanya terlena dengan kesegaran buah
mentimun yang menghampar di hadapannya, sekian lama ia memakan buah
mentimun itu kemudian ia tersadar dari pengaruh hipnotis buah mentimun
itu.
“Hua……
kurang ajar, rupanya aku terhipnotis hutan mentimun ini…. di mana anak
itu…. Hai, berhenti !!!” Raksasa itu segera berlari mengejar Timun Mas.
Tak
berapa lama waktu berjalan, Raksasa itu telah berhasil mendekati Timun
Mas kembali. Karena Raksasa itu kian mendekat, Timun Mas segera
melemparkan jarum itu kepada Raksasa itu. Benar-benar ajaib, jarum yang
dilempar itu seketika berubah menjadi hutan bambu yang lebat dan penuh
duri, sehingga menyulitkan Raksasa itu untuk mengejar Timun Mas. Melihat
itu, Timun Mas segera berlari sekencang-kencangnya meninggalkan Raksasa
jahat yang terjebak dalam hutan bambu yang lebat dan penuh duri itu.
Harapannya hanya satu yaitu agar lolos dari cengkeraman Raksasa jahat
itu.
Timun
Mas terus saja berlari menjauh, sedangkan Raksasa jahat mengalami
kesulitan untuk menembus hutan bambu yang penuh duri itu, namun dengan
kekuatannya, akhirnya Raksasa itu berhasil menembus hutan bambu berduri
itu dan kembali mengejar Timun Mas. Tak berselang lama, Raksasa itu
telah berhasil mendekati Timun Mas Kembali. Melihat itu semua, Timun Mas sudah pasrah dan putus asa dan yakin bahwa Raksasa itu akan berhasil menangkapnya.
“Oh
Tuhan… apakah benar ini takdirku ? Tertangkap Raksasa dan mati di
tangannya….. Oh Tuhan tolonglah aku… Siapa yang akan merawat Biyung
nanti ?… Oh Tuhan……” Timun Mas Menangis sedih.
Di
sela-sela keputus asaannya itu, tiba-tiba Timun Mas teringat bahwa ia
masih mempunyai satu senjata lagi yaitu sepotong terasi, sehingga begitu
Raksasa itu mendekat, Timun Mas segera melemparkan sepotong terasi itu
kepada Raksasa itu. Benar-benar ajaib, sepotong terasi yang ia lemparkan
berubah menjadi sebuah lautan lumpur yang dalam, sehingga Raksasa itu
terperosok ke dalamnya. Semakin lama Raksasa itu berontak, semakin
tenggelam pula tubuhnya, hingga akhirnya tubuh Raksasa itu benar-benar
tenggelam dan matilah Raksasa jahat itu ditelan lautan lumpur tersebut.
Timun
Mas menghela nafas panjang, rasa lega, letih dan bahagia menyelimuti
hatinya. Tak henti-hentinya Timun Mas bersyukur karena doa dan
harapannya dikabulkan Tuhan, Timun Mas yakin bahwa Tuhan akan
mengabulkan setiap doa mahluknya apabila berdoa dengan tulus dan
kesungguhan hati dan berusaha dengan keyakinan penuh. Tanpa menunggu
lama Timun Mas memutuskan kembali kerumah Mbok Dhadap dan akhirnya
mereka berdua hidup bahagia dalam nuansa kasih sayang antara orang tua
dan anak.
Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar